Sunday 22 March 2015

KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSTRAAN

A.    PENDEKATAN KESUSASTRAAN

IBD yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya.
dan halus. Dengan mempelajari the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai
kita sebagai homo hurnanus.

Untuk menjadi homo hurnanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities. disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang dimasukkan kedalam the humanities masih dapat diperdebatkan, dan kadang-kadang disesuaikan dengan keadaan dan waktu.
Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teknologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, dan sebagainya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.

Hampir disetiap jaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam
the hurnanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan
bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama.
Dibanding dengan cabang the humanities yang lain, seperti misalnya ilmu bahasa, seni
memegang peranan yang penting, karena nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikannya
normatif. Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif` seni lebih mudah
berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik
isinya maupun cara penyarnpaiannya.

Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama,
karena sastra mempergunakan bahasa Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk
menarnpung hampir semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami
dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam
usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan,
manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya
yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan
demikian, manusia dan bahasa pada haketnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah
sastra untuk berkomunikasi.

Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah
penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi.
Cinta kasih, kebahagian, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak.
Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.

Cabang-cabang seni yang lain pada hakekatnya juga abstrak. Gerak-gerik dalam seni
tari, misalnya, masih perlu dijabarkan. Meskipun bunyi-bunyi dalam seni musik lebih cepat
dinikmati, bunyi-bunyi itu sendiri masih memerlukan penafsiran. Sebaliknya sastra adalah
penafsiran itu sendiri. Meskipun didalarn penafsiran itu sastra masih dapat ditafsirkan lagi.
Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan
cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak
normatif. Cabang-cabang seni yang lain juga dapat menarik tanpa cerita, akan tetapi sulit bagi
penciptanya mengemukakan gagasanya. Dalam musik misalnya, kata-kata penciptanya tertelan
oleh melodinya. Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyarnpai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu menangkap hal yang lepas dari pengamatan orang lain.

IBD adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu semester. sebagai bagian
dari MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang
keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya ( The Humanities ), Akan tetapi IBD
semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara
memperluas wawasan pemikiran serta kemarnpuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.

Pada waktu menggunakan karya sastra, misalnya. Mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan sebaginya. Memang seperti cabang-cabang the humanities lainnya, dalam Ilmu Budaya Dasar sastra tidak diajarkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik, seni rupa. dan sebagainya.

Orientasi the Humanities adalah ilmu : dengan mempelajari satu atau sebagian dari
disiplin ilmu yang tercakup dalam the hurnanities, mahasiswa diharapkan dapat menjadi
homo humanus yang lebih baik.

B.    ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA


Istilah prosa banyak padanannya. Kadang-kadang disebut nanative fiction, prose fiction
atau hanya fiction saja Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi
cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai
pemeran. lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah
cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.

Dalam kesusastraan Indoensia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.

    Prosa larna meliputi
1.    dongeng-dongeng
2.    hikayat
3.    sejarah
4.    epos
5.    cerita pelipur lara

    Prosa baru meliputi
1.    cerita pendek
2.    romanlnovel
3.    biografi
4.    kisah
5.    otobiografi



C.    NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI

Sebagai seni yang bertulang punggung cerita. mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi)
langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra Adapun nilai-nilai yang
diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :

l. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca
mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalarninya sendiri peristiwa itu peristiwa atau
kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal
daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi
selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah
lakunya atau mungkin mmit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.

2. Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam
novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jumalistik
tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.

3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang
tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.Novel seperti Siti Nurbaya, salah asuhan, sengsara membawa nikmat, layar terkembang mengungkapkan impian-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti jalan tak ada ujung, misalnya menggambarkan suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan, yang oleh generasi muda sekarang tidak lagi mengalaminya secara fisik. Dan oleh karena mahasiswa tidak lagi mengalami secara fisik itulah, jiwa kepahlawanan perlu disentuhkan lewat hasil-hasil sastra.

4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-
pengalarnan dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan
untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda
daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.

D.    ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI


Pembahasan puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan diarahkan
pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang mumi. Puisi dipakai
sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan
yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.

Puisi terrnasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dan' kesenian, dan kesenian cabang/
unsur dari kebudayaan. Kalau diberi batasan, maka puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa
penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/
estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair
dalam membangun puisinya dengan menggunakan :

1.    Figura bahasa ( figurative language ) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan,
alegon', dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan garnbaran
angan.
2.    Kata-kata yang arnbiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.    Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan
pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.    Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan
asosiasi-asosiasi tertentu.
5.    Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensiflran hal-hal yang dilukiskan, sehingga
lebih menggugah hati.

Dibalik kata-katanya yang padat, ekonomis dan sukar dicerna maknanya itu, puisi
berisi potret kehidupan manusia. Puisi menyuguhkan kepada kita suasana-suasana dan
peristiwa-peristiwa kehidupan manusia dan juga dalam kaitan kehidupannya dengan alam
dan Tuhan. Ia merupakan hasil penghayatan dan pengalaman penyair terhadap kehidupan
manusia, terhadap alam dan Tuhan yang diekspresikannya melalui bahasa yang artistik.

Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya
Dasar adalah sebagai berikut :

1.    Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman
perwakilan”. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasamya
untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung
yang terbatasDengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan kepada para
mahasiswa memiliki kesadaran (insight-wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan
mengerti banyak tentang dirinya sndin' dan tentang masyarakat.
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu
kemampuan yang disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalarnan
hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.

2.    Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran
manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair
menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap
orang.

3.    Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk
sosial, yang terlibat dalam isue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan
situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa l
- penderitaan atas ketidak adilan
- perjuangan untuk kekuasaan
~ konflik dengan sesamanya
- pemberontakan terhadap hukum Tuhan

Puisi-puisi umumnya sarat akan nilai-nilai etika, estetika dan juga kemanusiaan. Salah
satu nilai kemanusiaan yang banyak mewamai puisi-puisi adalah cinta kasih ( yang terpaut
didalamnya kasih sayang, cinta, kemesraan dan renungan ).

Rendra dengan puisinya “episode” misalnya, melukiskan betapa kemesraan cinta begitu
merasuk kedalam jiwa dua sejoli muda-mudi yang sedang menjalin cinta.

Kami duduk berdua
di bangku halaman rumah
pohon jambu dihalaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya
angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
tiba-tiba ia bertanya :
“mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka ?“
aku hanya tertawa
lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku
sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.

Kemesraan cinta tidak saja terpatri dalam lubuk hati masing-masing tetapi juga
memancar dari sinar mata keduanya yang bening dan belaian-belaian mesra jari jemari mereka
yang bergetar.
Cinta kasih itu kadang-kadang tidak berdiri sendiri, ia sering berpadu dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang lain seperti penderitaan (kesepian, kesedihan, keputusasaan, dll).
“Padamu jua” misalnya mengungkapkan pandangan hidup ketuhanan dan ratapan hati
Amir Hamzah yang hancur luluh karena tali cintanya yang telah begitu mesra dengan seorang
gadis jawa direngut dan diputuskan oleh ayahnya, yang akan menjodohkan puteranya dengan
gadis pilihan ayahnya yang masih terbilang kemenakannya sendiri.

PADAMU JUA

habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali akan padamu
seperti dulu

kaulah kandil kemerlap
pelita jendela dimalam gelap
melarnbai pulang perlahan
sabar, setia selalu

satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa
dimana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati

engkau cemburu
engkau ganas

mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas

nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik angin
serupa dara dibalik tirai

Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu-bukan giliranku
matahari bukan kawanku.

Sumber : http://nuri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18988/bab3-konsepsi_ilmu_budaya_dasar_dalam_kesustraan.pdf